MAMA AKU RINDU

Mama,

Aku kembali melihat awan lagi hari ini

Arakkannya begitu lambat

Membujur kekanan, melintang kekiri

Haha, mereka lucu

Mama,

Aku kembali melihat awan lagi hari ini

Sempurna mereka bercerita dilangit, bebas

Membentangkan terik mentari, hangat

Mama,

Aku melihat awan itu

Sempat ku delik, sepertinya dia mengacungkan jari

Menunjuk timur dari pantai ini

Mama

Aku menatap lagi

Awan itu melihatku ma, dia melihatku

Tatapannya, tatapannya semakin lekat

Mama,

Dia berbicara padaku

Menanyai kemurunganku

Sendu ku jawab tentang rinduku

Mama,

Aku kembali melihat awan hari ini,

Entah sama atau tidak dengan yang kemarin

Termangu kutatap dia

Aku banyak bertanya kemudian

Sedang apa kau disana ?

Awan

Liriklah aku sejenak

Tatap murungku sebentar

Aku ingin bertanya awan

Apakah mamaku bisa melihatku juga ?

Hai awan,

Apakah kau mendengarkan ku?

Mama,

Aku melihat awan itu lagi ma

Kau melihatnya jugakah ?

Aku sedang tersenyum mama

Sambut senyumku ma, balas senyumku

Biarkan awan mengguratkannya

Membalas-balaskan laku kita

Mama

Kenapa jam berdetak begitu lambat

Atau mungkin malah tidak berjalan ?

Kenapa awan lebih fasih berarak, ma ?

Lebih fasih melayangkan rinduku

Awan,

Kau masih melihatku ?

Balas senyumku, ku mohon

Bisakah kau membantuku ?

Mengeja ini pada langit,

Coba guratkan seksama

“mama, aku rindu”

RINDU MATEMATIKA

Malam itu,

Aku sapa bulan purnama

Sempurna melingkar rupanya kala itu, cantik.

Malam itu,

Kunang-kunang tak datang bertamu

Menyisakan ruang kelam tak berbinar

Malam itu,

Air sempurna berderet ria

Jatuh berjamaah menyapa tanah

Tapi kakiku tak beranjak masuk keberanda

Malah pasrah dijatuhi hujan, lalu basah

Malam itu,

Pikiranku bertransformasi

Melilitkan teorema-teorema pilu

Kemudian sudut hatiku berdenyit

Terbesit namamu

Malam itu,

angin merayu mesra sang malam

Sekaligus membagi nuansa menjadi pecahan sendu

Merangsang sesak kian menderu

Kamu,

Aku rindu kamu

Logikaku kacau merangkum perasaanku

Menggebu-gebu ingin bertemu

Ah aku ingin kamu

Malam itu,

Pandanganku terlimitasi oleh kelam malam

Tapi wajahmu sempurna nyata dipikiran

Aku tersiksa

Aku ingin kamu

Malam itu,

Derai hujan berdendang kisruh

Bersebrangan arah dengan kesendirianku

Kian larut malam kian pekat pula kesesakkanku

Malam itu,

Rindu menyapaku

Rindu yang mematikan

Dia tergambar apik dalam grafik hatiku

Menyumbangkan peluang tetesan air baru

Malam itu,

Aku dicumbu kesenduan

Rindu ini mematikan

Mengakarkan kegelisahanku

Kamu,

Aku rindu kamu

Aku ingin kamu

Tolong jangan paksa aku

Membopong rindu ini, rindu mematikan.

MAMA AKU RINDU

Seperti pagi ini,

Aku melihat rotasi awan kesana-kemari

Memancarkan spektrum sendu yang menggelitik kalbuku

Menarik mataku untuk mendeliknya

Pagi ini,

Buncah rindu itu semakin melesat

Membuat cekungan tajam disudut mataku

Kemudian terionisasi menjadi bulir air yang jatuh bebas dipinggiran pipi

Pagi ini,

Hampir sama seperti dipagi empat puluh hari yang lalu,

Angin masih menggulungkan diri dalam kemayaannya

Meraung-raung, menusuk selaan jari yang menepis tangis

Pagi itu Mama,

Tak ada yang terlalu istimewa

Saat kau datang menyapa

Seperti biasa senyummu merefleksikan kehangatan

Menguapkan segala macam rupa sesak yang mendera kemarin hari

Pagi itu Mama,

Kau memintaku memilihkan sepasang baju dan kerudung cantik untukmu

Kau bilang ingin tampil seronok dengan dandananku

Kalimat gurau itu menggetarkan frekuensi lain dalam hatiku

Tapi tertepis segera

Pagi itu Mama,

Kita berjalan menyusuri riakkan kenangan lalu

Merotasikan diri seolah sedang dalam masa itu

Kau berceloteh ria,

Menganalogikan cerita silamku dengan gerak lucu

Hari itu Mama,

Kita tertawa, berbagi gurau

Mengkomplementerkan asa juga rasa dipinggir pantai

Sesakku tereduksi sempurna,

Hilang, melayang

Mama,

Mungkin kemarin menjadi akhir jumpa mata kita saling menyapa

Belum pupus dalam benakku tentang tarikkan nafas terakhirmu

Dan terbaring kaku dalam pengkuanku

Mama,

Pagi ini mungkin tidak berbeda

Tapi jauh tak sama dengan empat puluh hari yang lalu

Karna aku hanya mampu melihat snyummu dalam bingkai kaca

Mama,

Saat ini aku sedang menatap langit, tempat dimana mungkin kau sedang melirikku juga

Aku sering bertanya pada Tuhan, bagiamana agar rinduku dapat sampai padamu

Tapi Tuhan tak menjawabnya ma

Mama,

Mungkin tangisku takkan pernah lagi sampai ditelingamu,

Terhalang kehampaan ruang dimensi yang memagari raga kita

Tapi Aku percaya satu dua hal, ada Tuhan yang kan mampu sampaikan tangisku

Bukan buliran air bukan juga auman suraku, tapi doaku

Doa yang mampu terpolarisasi dalam setiap situasi

Doa yang mampu menembus ruang dimensi

Doa yang tak pernah kalah dari kecepatan cahaya

Doa yang hanya berisi ion-ion rindu

Pagi ini Mama,

Aku melihat awan berarak,

Ku pejamkan mata

Dan kulafaskan basmallah

Aku ingin Tuhan kabulkan pintaku pagi ini

Untuk sampaikan pesan padamu

Kalau aku merindukanmu.