DEWI SRI

2014 menjadi tahun kedua ana sebagai propokator layar belakang, wkwkwk. sebagai pemain (sebenarnya ga) inti dari penampilan sendratasik 2014. yap pekerjaan sambilan ana pas SMA dulu. karena salah satu hobi ana yakni menulis apa sajalah yang membuat ana akhirnya dicetuskan menjadi author sendratasik ini.

sebenarnya proyeknya dari awal masuk kelas tiga, berhubung karena dibentrokin oleh jadwal TO dan bla blablanya, akhirnya rampungnya cerita h-seminggu sebelum tampil, alias sebelum ambil nilai. hehe. ya karena sendratasik ini sebenarnya menjadi salah satu ujian praktek khusus bidang seni. kata gurunya, miss sinta waktu itu, biar ga repot nilai semua aspek seni yang uda pernah dijamahi selama 6 taun sekolah disini jadilah akhirnya disepakati akan menampilkan sendratasik (seni drama tari dan musik) sekaligus ornamen pendukung sebagai part di bagian seni rupa.

well singkat cerita 1 semestewr lewat akhirnya tiba di masa mepet, karena komposisi tarian, musik apalagi cerita belum kelar (ga dikerjain). dengan susah dan sangat payah karena harus merelakan banyak waktu disetiap sela bimbel pagi petang dan malam, akhirnya lahirnya karya seni ini.

sendratasik ini zigotnya karena hobi ana lain yaitu, melihat. hehe. ana kan ulang MSA nya ngelewatin sawah2 gitu, ya karena terseponah sekaligus jatuh dan cinta dengan pemandangan sewaktu pulang membawa penat, akhirnya ana kepikiran untuk buat cerita tentang perswahan dan perdewian. apalapala akhirnya muncullah judul ini setelah dirombak ambing berpuluh kali.

gimana cerita, siapa aja pemainnya insya Allah ana aplodkan disini jadi baca sendiri ya. kalo gimana musiknya insya Allah nanti ana aplodkan dilain harinya. hehe. dibawah ntar ada semacam ucapucap ana pas mau nutup (saythanks) diakhir acara na.

capcusss

#sendratasikSMA

#beauthorforsecondtime

#dibalikmikdanlayarlagi

PP SENDRATASIK

Prolog -My-

catscatss

RABA

Apa ?

Apa yang kau cari ?

Kenapa ?

Kenapa kau meraba ?

Jawab, tolong dijawab

Jawablah sang diam

Jangan, jangan sang diam

Lusuh bajuku jadinya

Apa, apa yang kau cari ?

Jika bukanlah jemariku, lalu apa?

Lalu apa sang diam ?

( Jawab sang diam )

Hati, hati yang kuraba

Yang ingin kudekap bukan kuremas

Bukan seperti jemarimu

Tapi hati, hati yang kucari

Bukan tatapan auramu, bukan pula matamu

Hati, hati yang ku cari lelakiku

Yang kurabai, untuk tahu sudah sampaikah diriku

Diriku padamu, padamu, padamu lelakiku

Atau, atau temanku?

Entahlah sayang

Hingga kau tahu, lelakiku

Aku hanya ingin beristirahat

Cukup lama, cukup lama, lama

Cukup lama dipikiranmu, bolehkan ?

#poem

#edisipasSMAterkuaklagi

Karne Lahat Badahku

La bekukok ayam dang pagian

Nandeka aghi ka siang

Lum abis bunge tidok malam tadi

Mimpi ka besanding nga kembang duson, ui aduhai nian

Udem teceret kupi angat ngai gurengan besile due tige putonge

Ka nunggu pule gawean nggaghap sawah sanakan

Bukan dek beputar waktu ni

Lah siang pule aghi ngampiri

Begulat angat nga payah nganyut kah keteng ni nak nepi

Beghadu kudai kance

Dang nangui tecugak tekinak la aku nga lungguhan pangkur ngai parang

Ngingat kah aku ngai cerite puyang

Luk mane dulu Lahat adenye, seribunge kembang betebaran

ghum tecium ulas semboyane

Kate kance, jaman ni bekembang

Kalu luk itu pule Lahat ni

Bujang gadise la besayak alap-alap gale

Luk itu pule bangunannye la gadang luk istane

Anye makinilah manusie la diinjuk limpahan batubara

Maseh nunggu nek lain datang

Bapang Lahat la tekuak nek nambahi Lahat ngai tuntunan nga manik-manik perkotaan

Anyutan lematang ni nandeka desah-desu subahan ni

Empok alap luk dang itu ataukah belagak luk makini

Lahatku ni maseh kota takwa

Kebanggaan jeme duson bukit telunjuk

Ape ubahe kerikil lematang,  aku maseh ka nak disinilah

Mpuk badan dek kaurung sukar

Aku maseh ka duduk disini

Karne Lahat ni lah badahku

Badah idup ngai nangguhi pengalaman

(well kalo antum-antum ga ngerti mohon jangan dicari transletannya di google translet, karena ga akan muncul kayaknya, nikmatin aja ragam bahasanya hehe)

#poem

#seripasSMA

MAMA AKU RINDU

Mama,

Aku kembali melihat awan lagi hari ini

Arakkannya begitu lambat

Membujur kekanan, melintang kekiri

Haha, mereka lucu

Mama,

Aku kembali melihat awan lagi hari ini

Sempurna mereka bercerita dilangit, bebas

Membentangkan terik mentari, hangat

Mama,

Aku melihat awan itu

Sempat ku delik, sepertinya dia mengacungkan jari

Menunjuk timur dari pantai ini

Mama

Aku menatap lagi

Awan itu melihatku ma, dia melihatku

Tatapannya, tatapannya semakin lekat

Mama,

Dia berbicara padaku

Menanyai kemurunganku

Sendu ku jawab tentang rinduku

Mama,

Aku kembali melihat awan hari ini,

Entah sama atau tidak dengan yang kemarin

Termangu kutatap dia

Aku banyak bertanya kemudian

Sedang apa kau disana ?

Awan

Liriklah aku sejenak

Tatap murungku sebentar

Aku ingin bertanya awan

Apakah mamaku bisa melihatku juga ?

Hai awan,

Apakah kau mendengarkan ku?

Mama,

Aku melihat awan itu lagi ma

Kau melihatnya jugakah ?

Aku sedang tersenyum mama

Sambut senyumku ma, balas senyumku

Biarkan awan mengguratkannya

Membalas-balaskan laku kita

Mama

Kenapa jam berdetak begitu lambat

Atau mungkin malah tidak berjalan ?

Kenapa awan lebih fasih berarak, ma ?

Lebih fasih melayangkan rinduku

Awan,

Kau masih melihatku ?

Balas senyumku, ku mohon

Bisakah kau membantuku ?

Mengeja ini pada langit,

Coba guratkan seksama

“mama, aku rindu”

RINDU MATEMATIKA

Malam itu,

Aku sapa bulan purnama

Sempurna melingkar rupanya kala itu, cantik.

Malam itu,

Kunang-kunang tak datang bertamu

Menyisakan ruang kelam tak berbinar

Malam itu,

Air sempurna berderet ria

Jatuh berjamaah menyapa tanah

Tapi kakiku tak beranjak masuk keberanda

Malah pasrah dijatuhi hujan, lalu basah

Malam itu,

Pikiranku bertransformasi

Melilitkan teorema-teorema pilu

Kemudian sudut hatiku berdenyit

Terbesit namamu

Malam itu,

angin merayu mesra sang malam

Sekaligus membagi nuansa menjadi pecahan sendu

Merangsang sesak kian menderu

Kamu,

Aku rindu kamu

Logikaku kacau merangkum perasaanku

Menggebu-gebu ingin bertemu

Ah aku ingin kamu

Malam itu,

Pandanganku terlimitasi oleh kelam malam

Tapi wajahmu sempurna nyata dipikiran

Aku tersiksa

Aku ingin kamu

Malam itu,

Derai hujan berdendang kisruh

Bersebrangan arah dengan kesendirianku

Kian larut malam kian pekat pula kesesakkanku

Malam itu,

Rindu menyapaku

Rindu yang mematikan

Dia tergambar apik dalam grafik hatiku

Menyumbangkan peluang tetesan air baru

Malam itu,

Aku dicumbu kesenduan

Rindu ini mematikan

Mengakarkan kegelisahanku

Kamu,

Aku rindu kamu

Aku ingin kamu

Tolong jangan paksa aku

Membopong rindu ini, rindu mematikan.

MAMA AKU RINDU

Seperti pagi ini,

Aku melihat rotasi awan kesana-kemari

Memancarkan spektrum sendu yang menggelitik kalbuku

Menarik mataku untuk mendeliknya

Pagi ini,

Buncah rindu itu semakin melesat

Membuat cekungan tajam disudut mataku

Kemudian terionisasi menjadi bulir air yang jatuh bebas dipinggiran pipi

Pagi ini,

Hampir sama seperti dipagi empat puluh hari yang lalu,

Angin masih menggulungkan diri dalam kemayaannya

Meraung-raung, menusuk selaan jari yang menepis tangis

Pagi itu Mama,

Tak ada yang terlalu istimewa

Saat kau datang menyapa

Seperti biasa senyummu merefleksikan kehangatan

Menguapkan segala macam rupa sesak yang mendera kemarin hari

Pagi itu Mama,

Kau memintaku memilihkan sepasang baju dan kerudung cantik untukmu

Kau bilang ingin tampil seronok dengan dandananku

Kalimat gurau itu menggetarkan frekuensi lain dalam hatiku

Tapi tertepis segera

Pagi itu Mama,

Kita berjalan menyusuri riakkan kenangan lalu

Merotasikan diri seolah sedang dalam masa itu

Kau berceloteh ria,

Menganalogikan cerita silamku dengan gerak lucu

Hari itu Mama,

Kita tertawa, berbagi gurau

Mengkomplementerkan asa juga rasa dipinggir pantai

Sesakku tereduksi sempurna,

Hilang, melayang

Mama,

Mungkin kemarin menjadi akhir jumpa mata kita saling menyapa

Belum pupus dalam benakku tentang tarikkan nafas terakhirmu

Dan terbaring kaku dalam pengkuanku

Mama,

Pagi ini mungkin tidak berbeda

Tapi jauh tak sama dengan empat puluh hari yang lalu

Karna aku hanya mampu melihat snyummu dalam bingkai kaca

Mama,

Saat ini aku sedang menatap langit, tempat dimana mungkin kau sedang melirikku juga

Aku sering bertanya pada Tuhan, bagiamana agar rinduku dapat sampai padamu

Tapi Tuhan tak menjawabnya ma

Mama,

Mungkin tangisku takkan pernah lagi sampai ditelingamu,

Terhalang kehampaan ruang dimensi yang memagari raga kita

Tapi Aku percaya satu dua hal, ada Tuhan yang kan mampu sampaikan tangisku

Bukan buliran air bukan juga auman suraku, tapi doaku

Doa yang mampu terpolarisasi dalam setiap situasi

Doa yang mampu menembus ruang dimensi

Doa yang tak pernah kalah dari kecepatan cahaya

Doa yang hanya berisi ion-ion rindu

Pagi ini Mama,

Aku melihat awan berarak,

Ku pejamkan mata

Dan kulafaskan basmallah

Aku ingin Tuhan kabulkan pintaku pagi ini

Untuk sampaikan pesan padamu

Kalau aku merindukanmu.