RINDU MATEMATIKA

Malam itu,

Aku sapa bulan purnama

Sempurna melingkar rupanya kala itu, cantik.

Malam itu,

Kunang-kunang tak datang bertamu

Menyisakan ruang kelam tak berbinar

Malam itu,

Air sempurna berderet ria

Jatuh berjamaah menyapa tanah

Tapi kakiku tak beranjak masuk keberanda

Malah pasrah dijatuhi hujan, lalu basah

Malam itu,

Pikiranku bertransformasi

Melilitkan teorema-teorema pilu

Kemudian sudut hatiku berdenyit

Terbesit namamu

Malam itu,

angin merayu mesra sang malam

Sekaligus membagi nuansa menjadi pecahan sendu

Merangsang sesak kian menderu

Kamu,

Aku rindu kamu

Logikaku kacau merangkum perasaanku

Menggebu-gebu ingin bertemu

Ah aku ingin kamu

Malam itu,

Pandanganku terlimitasi oleh kelam malam

Tapi wajahmu sempurna nyata dipikiran

Aku tersiksa

Aku ingin kamu

Malam itu,

Derai hujan berdendang kisruh

Bersebrangan arah dengan kesendirianku

Kian larut malam kian pekat pula kesesakkanku

Malam itu,

Rindu menyapaku

Rindu yang mematikan

Dia tergambar apik dalam grafik hatiku

Menyumbangkan peluang tetesan air baru

Malam itu,

Aku dicumbu kesenduan

Rindu ini mematikan

Mengakarkan kegelisahanku

Kamu,

Aku rindu kamu

Aku ingin kamu

Tolong jangan paksa aku

Membopong rindu ini, rindu mematikan.

Leave a comment